Selasa, 22 November 2016

Kisah Indah Tak Selalu Indah


Kisah Indah Tak Selalu Indah #part1
(Fransisca Putri A.)
Kenalin, namaku Agatha Hadinegoro, biasanya dipanggil Aga. Saat ini aku duduk di bangku SMA kelas 2. Aku adalah gadis yang terlahir dengan kulit eksotis, yang selalu aku bangga banggakan, karena kulitku ini yang menandakan aku anak Indonesia asli khususnya Jawa. Aku tak pernah menyesali segala kejadian yang aku alami selama ini. Karena, semua kejadian yang ku alami yang mendewasakan aku hingga aku akhirnya menjadi remaja dengan tingkah kanak-kanak namun berpikiran dewasa.
Di luar sana banyak sekali yang mengira bahwa kehdupanku sangatlah bahagia. Tapi tak banyak orang yang tahu apa saja yang telah kulalui selama ini. Namun aku bersyukur, bahwa orang lain menganggap aku bahagia selalu. Dari dulu aku selalu menginginkan orang lain menganggap aku bahagia selalu, jadi aku tak harus dikasiani oleh mereka semua. Namun, apa jadinya jika aku menjadi bermusuhan dengan sahabatku karena seorang lelaki??
Saat ini aku dan sahabatku sedang bermusuhan. Kami sahabat yang aneh. Jika orang lain bersahabat, mereka akan selalu berada didekat sahabatnya dalam keadaan suka maupun duka. Kami sebenarnya juga begitu, namum kami sama-sama keras kepala. Kalian bisa bayanginkann jika orang yang keras kepala saling bertemu dan beradu argumen. Pasti tak ada yang mau mengalah, dan pasti akan ada cekcok yang berkepanjangan.
Begitulah aku dan sahabatku bersahabat. Ini cara kami bersahabat. Tak jarang pula kami saling dorong (tapi masih dalam batas normal), kami selalu membuat gaduh kelas, kami tak terlalu dekat dengan cewek yang lainnya. Karena kita punya prinsip yang sama, “jika dekat dengan gerombolan cewek, ujung-ujungnya bakal ngejekin orang lain.”. selain sama-sama punya sifat yang sama yaitu keras kepala, dan prinsip yang sama tadi, kami juga orang yang cuek dengan sekeliling kami. Maksudnya, terserah mereka mau bilang apa tentang kami, jangan masukkan kedalam hati karena hanya akan membuat sakit hati.
Biasanya jika kami marahan, nggak akan lama. Bahkan hanya dalam hitungan menit saja. Namun, kali ini ada yang berbeda dengan persahabatan kami. Sahabatku menyukai seorang lelaki, sedangkan lelaki itu menyukai aku. Saat sahabatku tahu hal itu, perlahan sahabatku itu mulai menjauh dari dariku. Perlahan tapi pasti, sekarang sahabatku itu sudah tak lagi duduk sebangku denganku dikelas.
Sahabatku itu bernama Kirana Putri kami bersahabat sejak pertama kali masuk SMA. Sedangkan lelaki yang disukainya bernama Giovany. Gio berbeda sekolah dengan kami, aku mengenal Gio di jalan saat itu ban motorku bocor dan aku harus mendorong motor itu sampai tempat tambal ban. Lalu di tengah perjalanan Gio datang menawarkan bantuan, awalnya aku ragu karena  aku belum mengenal  Gio siapa. Awalnya aku berpikir bahwa Gio itu begal, tapi kenapa begal ganteng dan naik sepeda  gowes? Setelah aku berpikir cepat, akhirnya aku menerima tawaran itu. Gio menuntun motorku, dan aku menuntun sepeda gowes milik Gio karena aku tak bisa naik sepeda.
Lalu kami mulai dekat setelah itu. Tak lama berselang dari hari itu, beberapa minggu setelahnya Gio pindah ke sekolahku dan ternyata sekelas denganku. Saat Gio pindah ke sekolahku dan masuk di kelasku, wajah Kirana berubah sumringah seketika. Setelah kutanya ada apa dengan dirinya, aku pun terkejut dengan jawaban Kirana.
“Kamu inget kan sama Vany yang sering aku ceritain dulu. Ini orangnya, orang yang baru aja masuk  ke kelas kita. Dia Vany, Giovany.” Jawab Kirana dengan nada suara yang tak kalah semangatnya dengan mimik wajahnya. Aku tak tahu apa yang aku rasakan saat ini. Ada rasa sakit di dada ini. Seperi ada rasa senang karena aku tahu siapa yang disukai Kirana, tapi kenapa harus Gio? Kenapa Giovany? Kenapa nggak Vany yang lainnya? Aku tak tahu apa yang harus kulakukan setelah ini.
Giovany adalah lelaki yang sudah lama disukai oleh Kirana, apa aku harus merebut kebahagiaan ini dari sahabatku sendiri? Nggak, aku nggak boleh egois, aku harus mengalah dengan Kirana. Bagaimana pun juga Kirana terlebih dahulu menyukai Gio. Aku nggak boleh egois. Gio duduk tepat di bangku depanku dan Kirana, karena saat itu bangku di depanku kosong hanya di tempati oleh Rino. Gio dan Rino mulai berkenalan dengan akrab. Aku deg degan, bagiamana jika Gio tiba-tiba menyapaku? Gio balik badan dan tersenyum ramah kepadaku dan Kirana. Kirana mulai ngoceh dengan Gio, mereka kembali bercerita tentang apapun, tentang kepindahan Gio, tentang masa SMP mereka, dan yang lainnya. Tak jarang mereka di tegur oleh guru yang sedang mengajar karena mereka mengganggu pelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar